Tante saya Ingin Ngajak Saya Ngentot

CASINO69

Usia Bu Harjono sebenarnya tidak muda Cerita Mesum lagi. Mungkin menjelang 50 Cerita selingkuh tahun, sebab suaminya, Pak Cerita Dewasa Harjono yg menjabat ketua RT di kampungku, sebentar lagi memasuki masa purna tugas. aku mengetahui itu sebab hubunganku menggunakan famili Pak Harjono cukup dekat. Maklum sebagai energi muda aku sering diminta Pak Harjono buat membantu berbagai urusan yang berkaitan menggunakan aktivitas RT.tetapi tidak sinkron menggunakan suaminya yang sering sakit-sakitan, sosok istrinya perempuan beranak yg sekarang menetap pada luar Jawa mengikuti tugas sang suami itu, jauh berkebalikan. Kendati usianya hampir memasuki kepala 5, Bu Har (begitu umumnya saya dan warga lain memanggil) sebagai perempuan belum kehilangan daya tariknya. Memang beberapa kerutan mulai nampak di wajahnya. namun butir dadanya, pinggul serta pantatnya, benar-benar masih mengundang pesona. aku dapat berkata ini sebab belakangan terlibat perselingkuhan panjang menggunakan perempuan berpostur tinggi akbar tadi.Kisahnya berawal saat Pak Harjono mendadak menderita sakit cukup serius. ia masuk rumah sakit dalam keadaan koma serta bahkan berhari-hari harus berada pada ruang ICU (Intensive Care Unit) sebuah RS pemerintah di kotaku. sebab dia tidak mempunyai anggota famili yg lain sementara putri satu-satunya berada pada luar Jawa, aku diminta Bu Har buat membantu menemaninya selama suaminya berada pada RS menjalani perawatan. dan saya tidak mampu menolak karena memang masih menganggur setamat Sekolah Menengan Atas setahun lalu.“Kami bapak-bapak di lingkungan RT memita Mas Rido mau membantu sepenuhnya famili Pak Harjono yg sedang tertimpa musibah. Khususnya buat membantu dan menemani Bu Har selama pada rumah sakit. Mau kan Mas Rido,?” Begitu kata beberapa anggota arisan bapak-bapak kepadaku saat menengok ke tempat tinggal sakit.

Bahkan Pak Nandang, seseorang rakyat yang dikenal gemar memberi secara diam-membisu menyelipkan uang Rp 100 ribu di kantong celanaku yg pungkasnya buat membeli rokok agar tidak menyusahkan Bu Har. dan aku tak mampu menolak karena memang Bu Har sendiri telah memintaku buat menemaninya.Hari-hari pertama mendampingi Bu Har merawat suaminya di RS aku didesain sibuk. harus mondar-mandir menebus obat atau membeli banyak sekali keperluan lain yang diharapkan. bahkan kulihat perempuan itu tidak sempat mandi dan sangat kelelahan. Mungkin karena tegang suaminya tidak kunjung siuman berasal syarat komanya. menurut dokter yg memeriksa, kondisi Pak Harjono yang memburuk diduga dampak penyakit radang lambung akut yg diderita. Maka dampak komplikasi menggunakan penyakit diabetis yg diidapnya relatif usang, daya tahan tubuhnya menjadi melemah.Menyadari penyakit yg diderita tadi, yang istilah dokter proses penyembuhannya bisa memakan waktu relatif usang, berkali-kali aku meminta Bu Har buat bersabar. “Sudahlah bu, bunda pulang dulu buat mandi atau beristirahat. sudah dua hari aku lihat bunda tak sempat mandi. biar saya yang di sini menunggui Pak Har,” kataku menenangkan.Saranku rupanya mengena serta diterima. Maka siang itu, ketika serombongan temannya dari tempatnya mengajar di sebuah SLTP membesuk (oh ya Bu Har berprofesi sebagai guru sedang Pak Har karyawan sebuah instansi pemerintah), dia meminta para pembesuk untuk menunggui suaminya. “saya mau balik dulu sebentar buat mandi diantar Nak Rido. telah 2 hari aku tidak sempat mandi,” katanya kepada rekan-rekannya.dengan sepeda motor milik Pak Har yg sengaja dibawa untuk memudahkan saya kemana-mana saat diminta tolong oleh keluarga itu, saya pulang memboncengkan Bu Har. tetapi di bepergian dadaku sempat berdesir. Gara-gara mengerem mendadak motor yg kukendarai karena nyaris menabrak becak, tubuh wanita yg kubonceng tertolak ke depan. Akibatnya pada samping pahaku tercengkeram tangan Bu Har yg terkaget akibat peristiwa tidak terduga itu, punggungku terasa tertumbuk benda empuk. Tertumbuk buah dadanya yg kuyakini ukurannya cukup besar .Ah, pikiran nakalku jadi mulai liar. sambil berkonsentrasi menggunakan sepeda motor yg kukendarai, pikiranku berkelana serta mengkira-kira membayangkan seberapa besar buah dada milik perempuan yang memboncengku. Pikiran kotor yg semestinya tidak boleh ada mengingat suaminya artinya seorang yg kuhormati menjadi ketua RT di kampungku. Pikiran nyeleneh itu ada, mungkin sebab aku memang sudah tidak perjaka lagi. saya pernah berhubungan seks menggunakan seorang WTS kendati hanya satu kali. Hal itu dilakukan menggunakan beberapa sahabat Sekolah Menengan Atas ketika usai pengumuman hasil Ebtanas.setelah mengantar Bu Har ke rumahnya yang berjarak lebih kurang 100 meter asal rumahku, saya pamit kembali merogoh sarung dan baju buat ganti. “Jangan lama -usang nak Rido, bunda cuma sementara waktu kok mandinya. Lagian kasihan teman-sahabat bunda yang menunggu pada rumah sakit,” katanya.serta sinkron yang dipesannya, aku segera pulang ke rumah Pak Har sehabis mengambil sarung serta baju. eksklusif masuk ke ruang pada rumah Pak Har. Ternyata, pada meja makan telah tersedia segelas kopi panas serta beberapa pangkas kudapan manis di piring mungil. serta mengetahui aku yang datang, terdengar suara Bu Har menyuruhku buat menikmati hidangan yang disediakan. “Maaf Nak Rido, mak masih mandi. sebentar lagi selesai,” suaranya terdengar asal kamar mandi pada bagian belakang.tidak terlalu usang menunggu, ia keluar asal kamar mandi serta eksklusif menuju ke kamarnya lewat pada dekat ruang makan tempatku minum kopi dan makan kudapan manis. waktu itu ia hanya melilitkan handuk yang berukuran tidak terlalu besar buat menutupi tubuhnya yang basah. tidak urung, kendati sepintas, saya sempat disuguhi pemandangan yang mendebarkan. Betapa tidak, karena handuk mandinya tidak relatif besar dan lebar, maka tidak cukup sempurna buat bisa menutupi ketelanjangan tubuhnya.Ah,.. sahih seperti dugaanku, buah dada Bu Har memang berukuran besar .

Bahkan terlihat nyaris memberontak keluar dari handuk yg
melilitnya. Bu Har nampaknya mengikat sekuatnya belitan handuk yang
dikenakanannya sempurna pada bagian dadanya. ad interim pada bagian bawah, sebab
handuk hanya mampu menutup persis di bawah pangkal paha, kaki panjang perempuan
itu sampai ke pangkalnya sempat menarik tatap mataku. Bahkan ketika ia hendak
masuk ke kamarnya, asal bagian belakang terlihat mengintip butir pantatnya.
Pantat akbar itu bergoyang-goyang serta sangat mengundang saat dia melangkah. dan
ah, .. yg tidak kalah syur, beliau tidak mengenakan celana pada.Bicara ukuran buah
dadanya, mungkin buat membungkusnya diperlukan Bra ukuran 38 atau lebih.
sebagai perempuan yang sudah berumur, pinggangnya memang tidak seramping gadis
remaja. namun pinggulnya yg membesar sampai ke pantatnya terlihat membentuk
lekukan menawan dan sedap dicermati. Apalagi kaki belalang dengan paha putih
mulus miliknya itu, sungguh masih menyimpan magnit. Maka degup jantungku
sebagai kian kencang terpacu melihat bagian-bagian latif milik Bu Har. Sayang
cuma sekilas, begitu aku membatin.namun ternyata tidak. Kesempatan kembali
terulang. Belum hilang debaran dadaku, dia kembali keluar asal kamar serta masih
belum mengganti handuknya menggunakan pakaian. Tanpa mempedulikan saya yang tengah
duduk terbengong, beliau berjalan mendekati almari di dekat tempatku duduk. pada sana
ia merogoh beberapa barang yg diperlukan. Bahkan beberapa kali dia harus
membungkukkan badan sebab sulitnya barang yang dicari (mirip beliau sengaja
melakukan hal ini).tidak urung, kembali aku disuguhi tontonan yg tidak kalah
mendebarkan. dalam jarak yang relatif dekat, waktu beliau membungkuk, terlihat kentara
mulusnya sepasang paha Bu Har hingga ke pangkalnya. Paha yg tepat, putih
mulus dan tampak masih kencang. dan saat dia membungkuk relatif lama , pantat
besarnya jadi sasaran tatap mataku. Kemaluannya pula terlihat sedikit mengintip
asal celah pangkal pahanya. Perasaanku menjadi tidak karuan serta badanku terasa
panas dingin dibuatnya.Apakah Bu Har menganggap aku masih pemuda ingusan?
sampai dia tidak merasa canggung berpakaian seronok di hadapanku? Atau dia
menduga dirinya sudah terlalu tua hingga menerka bagian-bagian tubuhnya
tidak lagi mengundang gairah seseorang 604dea25b3a655fe1ab94434fad99f27 apalagi 604dea25b3a655fe1ab94434fad99f27 belia
sepertiku? Atau malah ia sengaja memamerkannya supaya gairahku terpancing?
Pertanyaan-pertanyaan itu serasa berkecamuk dalam hatiku. Bahkan terus
berlanjut saat kami balik berboncengan menuju tempat tinggal sakit.dan yang sempurna,
semenjak waktu itu perhatianku kepada Bu Har berubah total. saya sebagai tak jarang
mencuri-curi pandang buat bisa menatapi bagian-bagian tubuhnya yg kuanggap
masih aduhai. Apalagi sesudah mandi serta berganti sandang, kulihat dia mengenakan
celana dan kaos lengan panjang ketat yg seperti hendak mencetak tubuhnya.
Gairahku jadi kian terbakar kendati tetap kupendam dalam-dalam. dan perubahan
yang lain, aku acapkali mengajaknya berbincang tentang apa saja pada samping selalu
sigap mengerjakan setiap ia membutuhkan donasi. sampai korelasi kami semakin
akrab dari waktu ke ketika.hingga suatu malam, memasuki hari kelima kami berada
di rumah sakit, saat itu hujan terus mengguyur semenjak sore hari. Maka
orang-orang yg menunggui pasien yg dirawat di ruang ICU, sejak sore telah
mengkapling-kapling teras luar bangunan ICU. Maklum, pada malam hari penunggu
tidak boleh memasuki bagian dalam ruang ICU. dan pasien umumnya memanfaatkan
teras yg terdapat buat tiduran atau duduk mengobrol. dan malam itu, sebab
guyuran hujan, lahan untuk tidur jadi menyempit sebab pada beberapa bagian
tempias sang air hujan. sementara aku dan Bu Har yg baru mencari tanah yang sudah dipetak-petak
selesainya makan malam di kantin, sebagai tidak kebagian tempat.setelah mencari
cukup usang, akhirnya saya mengusulkan buat menggelar tikar dan karpet pada dekat
bangunan kamar mayat. aku mengusulkan itu sebab jaraknya masih relatif dekat
menggunakan ruang ICU serta itu satu-satunya kawasan yang memungkinkan untuk berteduh
kendati cukup gelap sebab tidak terdapat penerangan pada sana. Awalnya Bu Har
menolak, sebab posisinya di dekat kamar mayat.

tetapi akhirnya dia menyerah sehabis mengetahui tidak terdapat tempat yang lain dan aku menyatakan siap berjaga sepanjang malam.“Janji ya Rid (selesainya cukup akrab Bu Har tidak mengembel-embeli sebutan Nak di depan nama panggilanku), kamu wajib bangunkan bunda kalau mau kencing atau beli rokok. Soalnya bunda takut ditinggal sendirian,” ucapnya.“Wah, persediaan rokokku lebih dari cukup kok bu. Jadi tidak perlu kemana-mana lagi,” jawabku.Nyaman pula ternyata menempati kapling dekat kamar mayat. mampu terbebas asal kemudian-lalang orang hingga mampu beristirahat cukup hening. serta kendati gelap tanpa penerangan, bisa terbebas berasal cipratan air hujan sebab daerah kami menggelar tikar serta karpet terlindung oleh tembok dengan tinggi lebih kurang 1/2 meter. sambil tiduran relatif merapat sebab sempitnya ruang yang ada, Bu Har mengajakku ngobrol tentang banyak hal. berasal soal kerinduannya di Dewi, anaknya yg hanya bisa pulang setahun sekali waktu lebaran hingga ke soal penyakit yg diderita Pak Harjono. menurut Bu Har penyakit diabetis itu diderita suaminya sejak delapan tahun kemudian. dan sebab penyakit itulah penyakit radang lambung yang datang belakangan menjadi sulit disembuhkan.“katanya penyakit diabetes bisa mengakibatkan 604dea25b3a655fe1ab94434fad99f27 jadi impotensi ya Bu?”“kata siapa, Rid?”“Eh,.. anu, istilah artikel di sebuah koran,” jawabku relatif tergagap.saya merasa tidak lezat berkomentar mirip itu terhadap penyakit yang diderita suami Bu Har.“Rupanya engkau getol membaca ya. benar kok itu, makanya penyakit kencing cantik pada samping menyiksa suami yang mengidapnya pula berpengaruh di istrinya. untung ibu sudah tua,” ujarnya lirih.Merasa tidak enak topik perbincangan itu dapat membangkitkan kesedihan Bu Har, akhirnya aku memilih diam. dan saya yang tadinya tiduran dalam posisi telentang, selesainya rokok yang kuhisap kubuang, mengubah posisi tidur memunggungi perempuan itu. karena kendati sangat senang bersentuhan tubuh menggunakan perempuan itu, aku tidak mau dianggap kurang ajar. karena aku tidak tahu secara pasti jalan pikiran Bu Har yg sebenarnya. tetapi baru saja saya mengganti posisi tidur, tangan Bu Har terasa mencolek pinggangku.“Tidurmu jangan memunggungi begitu. Menghadap ke sini, bunda takut,” pungkasnya lirih.aku balik ke posisi semula, tidur telentang. namun karena posisi tidur Bu Har kelewat merapat, maka saat berbalik posisi tanpa sengaja lenganku menyenggol butir dada wanita itu. Memang belum menyentuh secara pribadi karena beliau mengenakan daster serta selimut yang menutupi tubuhnya. Malangnya, Bu Har bukannya menjauh atau merenggangkan tubuh, namun malah semakin merapatkan tubuhnya ke tubuhku. seperti anak kecil yang ketakutan ketika tidur serta mencari perasaan aman pada ibunya.Akhirnya, dengan keberanian yg kupaksakan – karena ku konfiden saat itu Bu Har belum pulas tertidur – saya mulai mencoba-coba. seperti yg dimauinya, aku mengubah kembali posisi tidur miring menghadapinya. Jadilah sebagian akbar tubuhku merapat ketat ke tubuhnya sampai terasa kehangatan mulai menjalari tubuhku. sampai pada situ aku berbuat seolah-olah telah mulai lelap tertidur sambil menunggu reaksinya.Reaksinya, Bu Har terbangkit dan menarik selimut yang dikenakannya. Selimut akbar serta tebal itu ditariknya buat dibentangkan sekaligus menutupi tubuhku. Jadilah tubuhkami makin berhimpitan pada bawah satu selimut. Akhirnya, waktu aku nekad meremas telapak tangannya serta dia membalas menggunakan remasan lembut, saya jadi mulai berani beraksi lebih jauh.Kumulai dengan menjalari pahanya berasal luar daster yang dikenakannya dengan telapak tanganku. beliau menggelinjang, tetapi tidak menolakkan tanganku yg mulai nakal itu. Malah posisi kakinya mulai direnggangkan yang memudahkanku menarik ke atas bagian bawah dasternya. Baru saat usapan tanganku mulai menjelajah langsung di ke 2 pahanya, kuketahui secara pasti beliau tidak menolaknya. Tanganku malah dibimbingnya buat menyentuh kemaluannya yg masih tertutup celana pada.mirip keinginanku serta juga keinginannya, telapak tanganku mulai menyentuh dan mengusap bagian membusung yg ada pada selangkangan perempuan itu.

dia mendesah lirih waktu usapan tanganku relatif usang bermain pada
sana. jua saat tanganku yang lain mulai meremasi butir dadanya asal bagian luar
Bra serta dasternya. sampai akhirnya, ketika tanganku yang beroperasi pada bagian
bawah sudah berhasil menyelinap ke bagian samping celana pada serta berhasil
mencolek-colek celah kemaluannya yg banyak ditumbuhi rambut, dia dengan senang
rela memereteli sendiri kancing bagian depan dasternya. kemudian mirip wanita
yang hendak menyusui bayinya, dikeluarkannya payudaranya berasal Bra yg
membungkusnya.Layaknya bayi yg tengah kelaparan mulutku segera menyerbu
puting susu sebelah kiri milik Bu Har. Kujilat-jilat dan kukulum pentilnya yang
terasa mencuat dan mengeras di mulutku. Bahkan karena gemas, sesekali
kubenamkan wajahku ke kedua payudara wanita itu. Payudara ukuran besar dan
agak mengendur namun masih menyisakan kehangatan.ad interim ia sendiri, sembari
terus mendesis dan melenguh nikmat oleh segala gerakan yg kulakukan, mulai
asyik menggunakan mainannya. sehabis berhasil menyelinap ke pulang celana pendek yang
kukenakan, tangannya mulai meremas dan meremas penisku yg memang sudah
mengeras. istilah sahabat-temanku, senjataku tergolong long size, hingga ia nampak
keasyikkan menggunakan temuannya itu. namun ketika saya hendak menarik celana
dalamnya, tubuhnya terasa menyentak dan ke 2 pahanya dirapatkan mencoba
menghalangi maksudku.“Mau apa Rid,.. jangan pada sini ah nanti ketahuan orang,”
ucapnya lirih.“Ah, tidak apa-apa gelap kok. Orang-orang juga telah di tidur
dan tidak bakalan kedengaran karena hujannya makin akbar.”Hujan waktu itu memang
semakin deras.Entah karena mempercayai omonganku. Atau sebab nafsunya yg
pula telah memuncak terbukti dengan semakin membanjirnya cairan di lubang
kemaluannya, dia mau saja saat celananya kutarik ke bawah. Bahkan beliau menarik celana
dalamnya ketika saya kesulitan melakukannya. ia jua membantu membuka serta
menarik celana pendek serta celana dalam yg kukenakan.Akhirnya, menggunakan hanya
menyingkap daster yg dikenakannya saya mulai menindih tubuhnya yg berposisi
mengangkang. karena dilakukan di dalam gelap serta tetap dibalik selimut tebal
yg kupakai bersama buat menutupi tubuh, awalnya relatif sulit buat
mengarahkan penisku ke lubang kenikmatannya. tetapi berkat bimbingan tangan
lembutnya, ujung penisku mulai menemukan daerah yg sudah membasah. Slep..
penis besarku berhasil menerobos menggunakan praktis liang sanggamanya.aku mulai
menggoyang dan memaju-mundurkan senjataku menggunakan menaik-turunkan pantatku.
Basah dan hangat terasa setiap penisku membenam di vaginanya. ad interim sembari
terus meremasi ke 2 buah dadanya secara bergantian, sekali waktu bibirnya kulumat.
Maka dia pun melenguh tertahan, melenguh serta mengerang tertahan. Ah, dugaanku
memang tidak meleset tubuhnya memang masih menjanjikan kehangatan. Kehangatan
yg prima spesial dimiliki perempuan berpengalaman.Dihujam bertubi-tubi oleh
ketegangan penisku pada bagian kewanitannya, dia mulai mengimbangi aksiku. Pantat
akbar besarnya mulai digerakkan memutar mengikuti gerakan naik turun tubuhku pada
bagian bawah. Memutar serta terus memutar menggunakan gerak serta goyang pinggul yang
terarah. Hal itu berakibat penisku yg terbenam pada pada vaginanya serasa
diremas. Remasan nikmat yg melambungkan jauh anganku entah kemana. Bahkan
sekali waktu otot-otot yg terdapat di pada vaginanya seolah menjepit dan mengejang.“Ah,..
ah.. enak sekali. Terus, ah.. ah,”“saya juga enak Rid, uh.. uh.. uh. telah lama
sekali tidak merasakan mirip ini. Apalagi punyamu keras dan penjang. Auh,..
ah.. ah,”sampai akhirnya, aku sebagai tak tahan oleh goyangan dan remasan
vaginanya yang kian membanjir. Nafsuku kian naik ke ubun-ubun dan seolah mau
meledak. Gerakan bagian bawah tubuhku kian kencang mencolok serta mengocok
vaginanya dengan penisku.“aku tak tahan, ah.. ah.. tampaknya mau keluar,
shh, ah, .. ah,”“aku juga Rid, terus goyang, ya .. ya,.. ah,”sesudah mengelojot
serta memuntahkan segala yang tidak bisa kubendungnya, saya akhirnya ambruk di atas
tubuh wanita itu. Maniku relatif banyak menyembur di dalam lubang kenikmatannya.
Begitupun beliau, sesudah kontraksi otot-otot yg sangat kencang, beliau meluapkan
aktualisasi diri puncaknya dengan mendekap erat tubuhku. serta bahkan kurasakan
punggungku sempat tercakar oleh kuku-kukunya.

cukup lama kami terdiam sesudah konflik panjang yang melelahkan.“Semestinya kita tidak boleh melakukan itu ya Rid. Apalagi bapak lagi sakit dan tengah dirawat,” istilah beliau sambil masih tiduran di dekatku.saya mengira dia menyesal dengan peristiwa yg baru terjadi itu.“Ya Maaf,.. soalnya tersebut,..”“tetapi tidak apa-apa kok. aku juga telah lama ingin menikmati yg mirip itu. Soalnya sejak lima tahun lebih Pak Har terkena diabetis, ia menjadi sangat jarang memenuhi kewajibannya. Bahkan sudah 2 tahun ini kelelaki-laki annya sudah tidak berfungsi lagi. Cuma, jikalau suatu waktu ingin melakukannya lagi, kita wajib hati-hati. Jangan sampai terdapat yang tahu serta menimbulkan aib diantara kita,” ungkapnya lirih.Plong, betapa lega hatiku waktu itu. ia tidak murka serta menyesal dengan yang baru saja terjadi. dan yg membuatku senang, saya bisa melampiaskan keinginan terpendamku kepadanya. Kendati saya merasa belum puas karena semuanya dilakukan di kegelapan sampai keinginanku melihat ketelanjangan tubuhnya belum kesampaian.serta seperti yang dipesankannya, saya berusaha mencoba bersikap sewajar mungkin ketika berada diantara orang-orang. Seolah tidak pernah terjadi sesuatu yg luar biasa diantara kami. Kendati aku acapkali harus menekan asa yang menggelegak dampak darah mudaku yang mudah panas saat berdekatan dengannya. serta semenjak itu lokasi teras di belakang kamar mayat menjadi saksi kurang lebih 3 kali hubungan sumbang kami. hubungan tidak sinkron yg terpaksa kuhentikan seiring kedatangan Bu Hartini, saudara termuda Pak Harjono yg bermaksud menengok syarat sakit kakaknya. Hanya terus jelas, sejak kehadirannya ada perasaan kurang senang pada diriku. karena semenjak dia terdapat yang menemani merawat suaminya pada tempat tinggal sakit, kendati aku tetap diminta buat membantu mereka serta selalu berada pada tempat tinggal sakit, aku tidak lagi dapat menyalurkan hasrar seksualku. Hanya sesekali kami pernah nekad menyalurkannya di kamar mandi ketika impian yang terdapat tidak bisa ditahan. Itu pun secara kucing-kucingan dengan Bu Tini serta segalanya dilaksanakan secara tergesa-gesa sampai tetap tidak memuaskan kami berdua.sampai suatu ketika, waktu Pak Har telah siuman dan perawatannya sudah dialihkan ke bangsal perawatan yg terpisah, Bu Tini menyarankan pada beliau buat tidur di tempat tinggal .“kamu sudah beberapa hari kurang tidur Mbak, kelihatannya sangat kelelahan. Coba engkau jikalau malam tidur barang satu dua hari pada rumah hingga istirahat yang cukup dan tidak jatuh sakit. Nanti bila ke 2-duanya sakit malah merepotkan. izin yang nunggu Mas Har kalau malam saya saja diteman Dik Rido jikalau mau” ungkapnya.ia setuju dengan saran adik iparnya. ia menetapkan untuk tidur di tempat tinggal malam itu. Maka hatiku bersorak sebab terbuka peluang buat menyetubuhinya di tempat tinggal . tetapi bagaimana caranya pamit di Bu Tini? jikalau saya ikut-ikutan balik buat tidur pada rumah apa tidak mengundang kecurigaan? aku jadi berpikir keras untuk menemukan jalan keluar. serta baru merasa plong selesainya muncul selintas gagasan di benakku.sekitar pukul 22.00 malam, lewat telepon awam kutelepon rumahnya. perempuan itu masih terjaga dan berdasarkan pengakuannya tengah menonton televisi. Maka nekad saja kusampaikan niatku kepadanya. serta ternyata beliau memberi sambutan cukup baik.“engkau nanti memberi pertanda kalau telah terdapat di dekat kamar bunda ya. Nanti pintu belakang mak bukakan. serta sepeda motornya di tinggal saja pada rumah sakit izin tidak kedengaran tetangga. kamu mampu naik becak buat kembali,” pungkasnya berpesan lewat telepon.buat tidak mengundang kecurigaan, sekitar pukul 23.00 saya masuk ke bangsal kawasan Pak Har dirawat menemani Bu Tini. tetapi setengah jam sesudahnya, saya pamit keluar buat nongkrong bersama para Satpam rumah sakit seperti yg biasa kulakukan sesudah kedatangan Bu Tini. pada depan tempat tinggal sakit saya langsung meminta seorang saudara tertua becak mengantarku ke kampungku yang berjarak tidak lebih asal satu kilometer. Segalanya berjalan sinkron rencana. selesainya kuketuk tiga kali pintu kamarnya, kudengar bunyi beliau berdehem. dan berasal pintu belakang rumah yg dibukakannya secara pelan-pelan aku langsung menyelinap masuk menuju ruang tengah rumah tadi.Rupanya, bertemu di kawasan terperinci membuat kami sama-sama kikuk.

CASINO69

Baca carita Lainnya di CASINO69

sebab selama ini kami selalu bekerjasama di tempat gelap di teras kamar mayat. Maka saya hanya berdiri mematung, sedang beliau duduk sembari melihat televisi yang masih dinyalakannya. relatif usang kami tidak saling bicara sampai akhirnya beliau menarik tanganku buat duduk di sofa pada sampingnya. sesudah keberanianku mulai bangkit, aku mulai berani menatapi wanita yang duduk pada sampingku. beliau ternyata telah siap tempur. Terbukti berasal daster tipis menerawang yang dikenakannya, kulihat dia tak mengenakan Bra di baliknya. Maka kulihat jelas payudaranya yg membusung. Hanya, ketika tanganku mulai bergerilya menyelusuri pangkal paha dan meremasi butir dadanya dia menolak halus.“Jangan di sini Rid, kita ke kamar saja biar leluasa,” pungkasnya lirih.waktu kami telah sama-sama naik ke atas ranjang akbar pada kamar yang biasa dipergunakan oleh suami serta dia, saya langsung menerkamnya. Semula beliau memintaku mematikan dulu saklar lampu yg terdapat di kamar itu, namun aku menolaknya. “aku ingin melihat semua milikmu,” kataku.“tetapi aku membuat malu Rid. Soalnya saya telah tua,.”Persetan dengan usia, dimataku, dia masih menyimpan magnit yg mampu menggelegakkan darah mudaku. Sesaat saya terpaku saat perempuan itu telah melolosi dasternya. 2 butir gunung kembarnya yang membusung nampak sudah menggantung. namun tidak kehilangan daya pikatnya. buah dada yang putih mulus serta berukuran cukup akbar itu diujungnya terlihat kedua pentilnya yg berwarna agak coklat. indah serta sangat menantang untuk diremas. Maka sehabis saya melolosi sendiri seluruh sandang yg kukenakan, langsung kutubruk wanita yang sudah tiduran dalam posisi menelentang. kedua payudaranya kujadikan target remasan kedua tanganku. Kukulum, kujilat dan kukenyot secara bergantian susu-susunya yg besar menantang. Kesempatan melihat berasal dekat estetika butir dadanya menghasilkan saya seolah kesetanan. dan ia, wanita berhidung bangir dengan rambut sepundak itu menggelepar. Tangannya meremas-remas rambut kepalaku mencoba menunda nikmat atas perbuatan yg tengah kulakukan.asal kedua gunung kembarnya, selesainya beberapa saat bermain di sana, dengan terus menjulurkan lidah serta menjilat seluruh tubuhnya kuturunkan perhatianku ke bagian perut serta pada bawah pusarnya. hingga ketika lidahku terhalang sang celana pada yang masih dikenakannya, saya pribadi memelorotkannya. Ah, vaginanya jua tidak kalah latif dengan butir dadanya. Kemaluan yang besar membusung serta banyak ditumbuhi rambut hitam lebat itu, waktu kakinya dikuakkan tampak bagian dalamnya yang memerah. Bibir vaginanya memang nampak kecoklatan yang sekaligus mengindikasikan bahwa sebelumnya sudah sering diterobos kemaluan suaminya. namun bibir kemaluan itu belum begitu menggelambir. dan kelentitnya, yang ada di ujung atas, uh,.. mencuat menantang sebesar biji jagung.tidak tahan cuma memelototi lubang kenikmatan wanita itu, mulailah mulutku yg bicara. Awalnya mencoba membaui menggunakan hidungku. Ah, terdapat bau yang meruap asing di hidungku. Segar serta membuatku tambah terangsang. dan ketika lidahku mulai kumainkan menggunakan menjilat-jilat pelan pada seputar bibir vaginanya besar itu, dia tampak gelisah dan menggoyang-goyang kegelian.“Ih,.. jangan diciumi dan dijilat begitu Rid. malu ah, tapi, ah..ah.. ah,”namun beliau malah menggoyangkan bagian bawah tubuhnya saat mulutku mencerucupi liang nikmatnya. Goyangannya kian kencang serta terus mengencang. hingga akhirnya diremasnya kepalaku ditekannya bertenaga-bertenaga ke bagian tengah selangkannya saat kelentitnya kujilat serta kugigit mungil. Rupanya beliau sudah mendapatkan orgasme sampai tubuhnya terasa mengejang serta pinggulnya menyentak ke atas.“Seumur hidup baru kali ini vaginaku dijilat-jilat begitu Rid, jadinya cepat kalah. sekarang gantian deh aku mainkan punyamu,” ujarnya setelah sebentar mengatur nafasnya yang memburu.aku dimintanya telentang, sedang ketua dia berada di bagian bawah tubuhku. Sesaat, mulai kurasakan ketua penisku dijilat pengecap basah milik wanita itu. Bahkan beliau mencerucupi sedikit air maniku yg sudah keluar dampak nafsu yang kubendung. Terasa terdapat senasi tersendiri oleh permainan lidahnya itu serta aku menggelinjang sang permainan perempuan itu. namun sebagai anak belia, aku merasa kurang puas menggunakan hanya bersikap pasif. Terlebih aku juga ingin meremas pantat besarnya yg montok serta seksi.

sampai aku menarik tubuh bagian bawahnya untuk ditempatkan di atas kepalaku. Pola persetubuhan yg kata orang diklaim sebagai permainan 69. kembali vaginanya yg berada tepat di atas wajahku eksklusif sebagai target gerilya mulutku. sementara pantat besarnya kuremas-remas menggunakan gemas.tidak hanya itu jilatan lidahku tidak berhenti hanya bermain pada seputar kemaluannya. tetapi terus ke atas dan hingga ke lubang duburnya. Rupanya dia sudah membersihkannya dengan sabun baik pada kemaluannya juga pada anusnya. Maka tidak sedikit pun meruap bau kotoran pada sana dan membuatku kian bernafsu buat menjilat dan mencoloknya menggunakan ujung lidahku. Tindakan nekadku rupanya membuat nafsunya kembali naik ke ubun-ubun. Maka selesainya beliau memaksaku menghentikan permainan 69, beliau pribadi mengubah posisi dengan telentang mengangkang. dan aku memahami sempurna wanita itu sudah menagih buat disetubuhi. ia mulai mengerang waktu batang akbar dan panjang milikku mulai menerobos gua kenikmatannya yang basah. Hanya karena kami sama-sama telah memuncak nafsu syahwatnya, tidak lebih dari 10 mnt saling genjot serta menggoyang dilakukan, kami sudah sama-sama terkapar. Ambruk di kasur empuk ranjang kenikmatannya. Ranjang yang semestinya tabu buat kutiduri bersama wanita itu.Malam itu, aku serta dia melakukan persetubuhan lebih dari tiga kali. Termasuk pada kamar mandi yang dilakukan sambil berdiri. dan saat saya memintanya balik yang keempat kali, ia menolaknya halus.“Tubuh ibu cape sekali Rid, mungkin telah terlalu tua sampai tidak dapat mengimbangi orang muda sepertimu. serta lagi ini sudah mulai pagi, kamu harus balik ke tempat tinggal sakit supaya Bu Tini tidak curiga,” ucapnya.aku sempat mencium dan meremas pantatnya ketika ia hendak menutup pintu belakang rumah mengantarku keluar. Ah,.. latif dan nikmat cita rasanya.Usia Pak Har ternyata tak cukup panjang. Selama sebulan lebih dirawat di tempat tinggal sakit, ia akhirnya meninggal sehabis sebelumnya sempat dibawa RS yg lebih besar di Semarang. di Semarang, saya pun ikut menunggui bersamanya serta Bu Tini selama seminggu. pula terdapat Mbak Dewi dan suaminya yang menyempatkan diri untuk menengok. sampai hubunganku dengan famili itu sebagai kian akrab.namun, hubungan sumbangku dengannya terus berlanjut sampai sekarang. Bahkan kami pernah nekad bersetubuh pada belakang rumah keluarga itu, sebab kami sama-sama horny sementara di ruang tengah banyak sanak keluarga asal keluarganya yang menginap. Entah kapan aku akan menghentikannya, mungkin setelah gairahnya telah sahih-sahih padam.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*